Rabu, 18 Januari 2017

cara pembuatan

CARA PEMBUATAN
A.    Uraian Tumbuhan

1.      Klasifikasi  Sambiloto (Andrographis paniculata)
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Class                : Dicotyledoneae
Ordo                : Solanales
Famili              : Achantaceae
Genus              : Andrographis
Species            :  Andrographis paniculata

B.     Uraian Bahan

1.      Air suling (Dirjen POM, 1979)
            Nama resmi     : Aqua destillata
 Nama lain       : Air suling, Aquadest
Pemerian         : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan        : Sebagai zat pelarut.
2.      Alkohol (Dirjen POM, 1995)  
Nama resmi     : Aethanolum
            Nama lain        : Etanol, Alcohol, Ethyl alkohol
Pemerian         : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau    khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak  berasap
Kelarutan        : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter P 
            Khasiat            : Sebagai antiseptik

METODE KERJA
A.  Alat
1.Batang pengaduk
2.Beaker glass 250 ml
3.Botol sprite 250 ml
4.Gelas ukur 500 ml
5.Kertas saring
6.Lap kasar
7. Neraca Ohaus
8.Sendok tanduk
9.Toples
B. Bahan
1.Alkohol 96 %
2.Aluminium foil
3.Aquadest
4.Daun Sambiloto (Andrographis folium)
C. Cara Kerja
1.Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.Diambil 200 ml alkohol 96 %
3.Dilakukan pengenceran alkohol 96 % menjadi alkohol dengan konsentrasi 90 % dengan penambahan aquades 13 Ml
 4.Dimaserasi 100 g sambiloto yang telah dihaluskan dengan 150 mL alkohol yang telah diencerkan
5.Ditambahkan 25-50 mL madu
6.Diaduk maserat dengan menggunakan batang pengaduk selama 1-2  jam
7.Disaring maserat sebanyak 3x penyaringan
8.Dimasukkan ke dalam botol sprite yang sudah di kalibrasi 200 mL
9.Ditambahkan aquades sampai pada batas kalibrasi 200 mL
10.Ditutup botol sprite menggunakan aluminium foil

11.Diberi label dan simpan di tempat yang tertutup, kering dan terlindungi dari cahaya. 

cara pembuatan

CARA PEMBUATAN
A.    Uraian Tumbuhan
1.  Klasifikasi  Jeruk Manis (Citrus Sp.)
Kingdom                     : Plantae
Sub kingdom               : Tracheobionta
Divisio                         : Magnoliophyta
Class                            : Dicotyledonae
Subclass                      : Rosidae
Ordo                            : Sapindales
Family                         : Rutaceae
Genus                          : Citrus
Spesies                        :Citrus  Sp.

B.     Uraian Bahan
1.  Aquadest (Dirjen POM, 1979. Halaman 96)
Nama resmi                 : AQUADESTILLATA
Nama lain                    : Air suling
Rumus molekul           : H2O
Berat molekul              : 18,02
Pemerian                     : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,                                                                           tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.

2.  Etanol (Dirjen POM, 1979. Halaman 66)
Nama resmi                 : AETHANOLUM DILUTUM
Nama lain                    : Etanol encer
Rumus molekul           : C2H6O
Berat molekul              : 46,07
Pemerian                     : Cairan bening, mudah menguap, dan mudah                                                                         bergerak, tidak berwarna, bau khas, rasa                                                                                  panas. Mudah terbakar dengan memberikan                                                                  warna biru yang tidak berasap.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari                                                                         cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan                    : Zat tambahan.

METODE  KERJA

A.   Alat  dan bahan
1.    Alat  yang digunakan :
a.    Almunium  foil
b.    Batang  pengaduk
c.    Botol  dua  buah
d.    Gelas  ukur  100 ml
e.    Gelas  kimia  200 ml  2  buah
f.     Gunting
g.    Kertas  saring
h.    Label
2.    Bahan  yang  digunakan:
a.    Kulit  jeruk  kering  dan  kulit  jeruk  segar (Citrus sp)
b.    Tissue
B.    Cara  kerja
1.    Disiapkan  alat  dan  bahan
2.    Ditimbang  kulit  jeruk  kering  dan  segar  masing-masing  10 gram,  dimasukan  kedalam  gelas  kimia  200 ml.
3.    Diukur  etanol  70%  sebanyak  200 ml,  dimasukan  etanol  kedalam  masing-masing  gelas  kimia  yang  telah  berisi  sampel  basa  dan  kering,  lalu  ditutup  rapat  dengan  almunium foil
4.    Dibiarkan  selama  3x24  jam.  Sesekali  diaduk  dan  di  serkai  [disaring],  ampasnya  di  peras  lalu  ditambahkan  lagi  penyari  hingga  100 ml. Bagian  hasilnya  dimasukan  kedalam  botol, lalu  diberi  Etiket,  brosur  dan  kemasan.


PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan tinctura dengan menggunakan kulit jeruk segar dan kulit jeruk kering (Citrus sp) dengan menggunakan metode maserasi. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, maserasi dilakukan dengan cara perendaman serbuk simplisia dalam cairan. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam larutan penyari. Maserasi dilakukan dengan cara10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok. Larutan penyari yang digunakan yaitu etanol dimana keuntungan dari larutan penyari etanol yang lebih efektif kapang dan kuman sulit tumbuh dalam 20 % keatas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada perbandingan dan panas yang diperlukan selama 5 hari diharapkan zat aktif dapat ditarik oleh larutan penyari dengan tujuan untuk meratakan konsentrasi larutan dluar simplisia sehinggan tetap terjaga adanya ( konsentrasi yang sekecil – kecilnya ) diantara larutan diluar sel dan didalam sel.
Dari percobaan yang di lakukan diperoleh data pada sampel kulit jeruk segar maupun kulit jeruk kering sebelum direndam bobot kulit jeruk segar dan kering adalah 15 gram, sedangkan setelah perendaman selama 3 hari diperoleh bobot kulit jeruk segar 12 gram. Dengan perubahan warna yang terjadi pada sampel kulit kuning hijau, kulit jeruk kering agak hijau kecoklatan dan untuk aroma pada sampel daun jeruk segar harum dan kulit jeruk kering agak harum. Untuk kadar air yang diperoleh dari kulit jeruk segar tinggi/banyak kadar air dan untuk kulit jeruk kering rendah atau sedikit.
Jadi dari hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tinctur yang lebih baik itu tincur kulit jeruk segar dibandingkan kulit jeruk kering.

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil warna, aroma, tingtur kulit jeruk segar mengalami kelebihan sedangkan berdasarkan penyerapannya atau kadar zat aktif yang ditarik, tingtur kulit kering yang lebih baik, hal ini dilihat dari kadar air yang diperoleh dimana tingtur kulit jeruk segar kadar airnya banyak sehingga zat aktif yang ditarik, lebih sedikit, sedangkan pada tingtur kulit kering, kadar diperoleh banyak.

Tingtur

TINCTURA
A. Pengertian Tingtur

adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% untuk zat berkhasiat keras.

B. Cara Pembuatan Tingtur

Cara pembuatan tingtur di lakukan dengan cara :

1. Maserasi, kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut :

            Masukkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering di aduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya, selama 2 hari, enap, tuangkan atau saring.

2. Perkolasi, kecuali dinyatakan lain lakukan sebagai berikut :

Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 – 5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai 5 - 6
menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml permenit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehungga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia sehingga di peroleh 80 bagian perkolat. Peras masa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga di peroleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari di tempat sejuk terlindung dari cahaya, enap, tuang atau saring. Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memnuhi syarat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari secukupnya.

Penyimpanan

            Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.
Sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa digunakan cairan penyari etanol 90% dan pada umumnya cairan penyari adalah etanol 70%.
Tingtur yang mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura, Asaefoetida Tinctura, Capsici Tinctura, Tingtur Menyan.





MACAM – MACAM TINCTURA


1. Menurut cara pembuatan

a. Tingtur Asli
adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau  perkolasi. Contoh:
Ø  Tingtur yang dibuat secara maserasi
1.      Opii Tinctura
2.    Valerianae Tinctura
3.    Capsici Tinctura
4.    Myrrhae Tinctura
5.    Opii Aromatica Tinctura
6.    Polygalae Tinctura Ext.
Ø  Tingtur yang di buat secara perkolasi
1.    Belladonae Tinctura
2.    Cinnamoni Tinctura
3.    Digitalis Tinctura
4.    Lobeliae Tinctura
5.    Strychnini Tinctura
6.    Ipecacuanhae Tinctura Ext.

b. Tingtur Tidak Asli (Palsu)
            adalah tingtur yang di buat dengan cara melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu. Contoh :
               1.    Iodii Tinctura
               2.    Secalis Cornuti Tinctura

2. Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)

a. Tingtur Keras
            adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia yang berkhasiat keras. Contoh :

1. Belladonae Tinctura
2. Digitalis Tinctura
3. Opii Tinctura
4. Lobeliae Tinctura
5. Stramonii Tinctura
6. Strychnin Tinctura
7. Ipecacuanhae Tinctura Ext.

b. Tingtur Lemah
            adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang tidak berkhasiat keras. Contoh :
 
1. Cinnamomi Tinctura
2. Valerianae Tinctura

3. Berdasarkan Cairan Penariknya

a. Tingtura Aethere
 jika cairan penariknya adalah aether atau campuran aether dengan aethanol. Contoh : Tingtura Valerianae Aethera.

b. Tingtura Vinosa
jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan aethanol.
Contoh : Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei).

c. Tinctura Acida
jika ke dalam aethanol yang dipakai sebagai cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat.
Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica.

d. Tinctura Aquosa
jika sebagai cairan penarik dipakai air.
Contoh : Tinctura Rhei Aquosa.

e. Tinctura Composita
adalah tingtur yang didapatkan dari jika penarikan dilakukan dengan cairan penarik selain aethanol hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran simplisia.

Contoh : Tinctura Chinae Composita.

Contoh Tingtur Beserta Cara Pembuatannya

1. Tingtur Kina (Chinae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 20 bagian kulit kina yang diserbuk agar kasar (22/60) dengan ethanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan ethanol 70% hingga memenuhi syarat.


2. Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (8/34) akar ipeka dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.


3. Tingtur Gambir (Catechu Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 200 g gambir yang telah diremukkan dengan 50 g kulit kayu manis yang telah dimemarkan dengan 1000 ml etanol 45%, biarkan selama 7 hari, serkai, jernihkan dengan penyaringan.

4. Tingtur Poligala (Polygalae Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian irisan halus herba poligala dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur.


5. Tingtur Ratania (Ratanhiae Tictura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian serbuk (6/8) akar ratania dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur.


6. Tingtur Stramonii (Stramonii Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (8/24) herba Stramonium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, jika perlu encerkan dengan etanol 70%, hingga memenuhi persyaratan kadar, biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1 tahun sejak tanggal pembuatan. Pada etiket harus tertera tanggal pembuatan.


7. Tingtur Strichni (Strychni Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (24/34) biji sttrichni yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah, yang menggunakan pelarut penyari etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar strichninya, jika perlu dengan etanol 70% secukupnya hingga memenuhi persyaratan kadar.

8. Tingtur Kemenyan (Benzoes Tinctura)
Cara pembuatan :
Larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100 bagian etanol 90%, saring.


9. Tingtur Lobelia (Lobeliae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk (6/34) herba lobelia dengan etanol 70% secukupnya, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.


10. Tingtur Mira (Myrrhae Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian serbuk (24/34) Mira dengan etanol 90% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.


11. Tingtur Jeruk Manis (Aurantii Tinctura)
Cara pembuatan :
8 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong-potong halus, maserasi dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur.


12. Tingtur Cabe (Capsici Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 100 g serbuk (10/24) cabe dengan campuran 9 bagian etanol 95% dan 1 bagian air selama 3 jam. Perkolasi dengan cepat hingga diperoleh 1000 ml tingtur.


13. Tungtur Beladon (Belladonnae Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk beladon dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloida, atur kadar dengan penambahan etanol encer hingga memenuhi syarat, biarkan selama tidak kurang dari 24 jam, saring.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1 tahun sejak tanggal pembuatan.


14. Tingtur Kayu Manis (Cinnamomi Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit kayu manis dengan etanol encer hingga diperoleh 100 bagian tingtur.


15. Tingtur Digitalis (Digitalis Tinctura)
Cara pembuatan :
perkolasi 10 bagian serbuk digitalis dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan potensi atur potensi jika perlu encerkan dengan etanol 70% hingga memenuhi syarat.
16. Tingtur Iodium (Iodii Tinctura)
Cara pembuatan :
Larutkan iodium 1,8 – 2,2% Natriun Iodida 2,1 – 2,6% dalam etanol encer.

17. Tingtur Opium (Tinctura Opii)
Cara pembuatan :
maserasi 10 bagian serbuk opium dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar dan atur hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan etanol 70% secukupnya.


18. Tingtur Opium Wangi (Opii Tinctura Aromatica)
Cara pembuatan :
maserasi campuran 1 bagian kulit kayu manis serbuk (22/60) cengkeh dan 12 bagian serbuk opium dengan campuran etanol 90% dan air volume sama banyak hingga diperoleh 100 bagian tingtur.


19. Tingtur Sekale Cornutum (Secalis Cornuti Tinctura)
Cara pembuatan :
campur 1 bagiab ekstrak sekale kornutum dengan 9 bagian etanol encer.


20. Tingtur Valerian (Valerianae Tinctura)
Cara pembuatan :
maserasi 20 bagian serbuk (10/22) akar valerian dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.





GALENIKA

GALENIKA

GALENIKA - Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius Galenos (Galen) yang membuat sedian obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan hewan, sehingga tumbuhlah ilmu obat-obatan yang disebut ilmu galenika.
 Jadi, Ilmu Galenika adalah Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan). Pembuatan sediaan galenika secara umum dan singkat sebagai berukit :
* Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahan obat nabati.
* Dari simplisia tersebut obat-obat (bahan obat) yang terdapat didlamnya di ambil dan diolah dalam bentuk sediaan.

Tujuan dibuatnya sediaan galenika, yaitu :
1. Untuk memisahkan obat-obat yang terkandun g dalam simplisia dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat.
2. Membuat suatu sediaan yang sederhana yang mudah dipakai.
3. Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenika.
1. Derajat kehalusan.
Harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut disari. Semakin sukar disari, simplisia harus dibuat semakin halus, dan sebaliknya.
2. Konsentrasi / kepekatan.
Beberapa obat yang terkandung harus jela konsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.
3. Suhu dan lamanya waktu.
Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tdak, mudah tersari atau tidak.
4. Bahan penyari dan cara penyari.
Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia.

Bentuk-bentuk sediaan galenik.
1. Hasil Penarikan                               : Extracta, Tinctur, Decocta/ Infusa.
2. Hasil Penyulingan/ pemerasan        : Aqua aromatik, olea valetilia (minyak meguap), olea pinguia (minyak lemak).
3. Syrup.

Penarikan (Extraction).
Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asal yang umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan (khasiatnya) tidak berubah.
 Istilah extractio hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahan asal dengan menggunakan cairan penarik / pelarut. Ciran penarik yang dipergunakan disebut disebut menstrum, ampasnya disebut mens atau feaces. Cairan yang dipisahkan Macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.
Tujuan utama extractio adalah untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak berfaedah, Supaya lebih mudah digunakan dari pada simplisia asal.

Suhu penarikan juga sangat berpengaruhi hasil penarikan, suhu penarikan untuk :
Maserasi : 15 - 25° C
Digerasi : 35 - 45° C
Infudasi : 90 - 98° C
Memasak : suhu mendidih
Supaya zat-zat yang tidak bergunak/ merusaktidak ikut tertarik bersama-sama dengan zat-zat yang berkhasiat.
Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak berguna :
1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan berkhasiatnya mudah larut, sedangkan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.
2. Dengan menarik/ merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiat terbanyak larutnya.
3. Dengan menggunakn jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan berkhasiat dan simplisia lebih banyak larut, sedangkan bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut.
4. Dengan memurnikan / membersihkan memakai cara-cara tertentu baik secara ilmu alam maupun ilmu kimia.

Jadi kesimpulan dalam extractio ini adalah memilih salah satu cara penarikian yang tepat dengan cairan yang pantas dan memisahkan ampas dengan hasil penarikan yang akan menghasilkan sebuah preparat galenik yang dikehendaki.

Cairan-cairan Penarik.

Menentukan cairan penarik apa yang akan digunakan harus diperhitungkn betul-betul dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain :
1. Kelarutan zat-zat dalam menstrum.
2. Tidak menyebabkan nantinya zat-zat berkhasiat tersebut rusak atau akibat-akibat yang tidak dikehendaki (perubahan warna, pengendapan, hidrolisa).
3. Harga yang murah.
4. Jenis preparat yang akan dibuat.

Macam-macam cairan penyari :
1. Air.
Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang luas pada suhu kamar adalah pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat. Umumnya kenaikan suhu dapat menaikkan kelarutan dengan pengecualian. Keburukan dalam air adalah banyak jenis zat-zat yang tertarik dimana zat-zat tersebut merupakan makanan yang baik untuk jamur dan bakteri dan dapat menyebabkan mengembangnya simplisia sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan penrikan pada perkolasi.
2. Etanol.
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu. Etanol juga menyebabkan enzym-enzym tidak bekerja termasuk peragian dan menghalangi pertumbuhan jamur dan kebanyakan bakteri. Sehingga disamping sebagai cairan penyari juga berguna sebagai pengawet. Campuran air-etanol lebih baik dari pada air sendiri.
3. Glycerinum (Gliserin).
Dipergunakan sebaga cairan penambah pada cairan menstrum untuk penarikan  yang mengandung zat samak. Gliserin adalah pelarut yang baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin juga larut dalam gliserin. Karena cairan ini tidak atsiri, tiak sesuai untuk pembuatan ekstrak-ekstrak kering.

4. Eter.
Sangat mudah menguap sehingga acairan ini kurang tepat untuk pembuatan sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan lama.
5. Solvent Hexane.
Cairan ini adalah salah satu hasil penyulingan minyak tanah kasar. Pelarut yng baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak. Biasanya dipergunakan untuk menghilangkan lemak dari simplisia yang mengandung lemak-lemak tidak diperlukan, sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenik.
6. Acetonum.
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obay dalam, pelarut yang baik untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan.
7. Chloroform.
Tidak dipergunakan untuk sediaan obat dalam, karena efek farmakologinya. Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida, damar, minyak lemak dan minyak atsiri.

Cara-cara Penarikan.
1. Maserasi.
Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari dalm suhu biasa yaitu pada suhunya 15 - 25°C. Maserasi juga merupakan proses pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi.
2. Digerasi.
Cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan cairan penyari pada suhu 35 - 45°C. Cara ini sekarang sudah jarang dilakukan karena disamping membutuhkan alat-alat tertentu juga pada suhu tersebut beberapa simplisia menjadi rusak.
3. Perkolasi.
Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakia alat yang disebut perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dalam larutan tersebut menetes secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Cara-cara perkolasi :
a. Perkolasi biasa. Simplisia yang telah ditentukan derajat halusnya direndam dengan cairan  penyari, masikkan kedalam perkolator dan diperkolasi sampai didapat perkolat tertentu. Untuk membuat tingtur
b. Perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation.
c. Perkoltor dengan tekanan, pressure percolation.

d. Perkolator persambungan, continous extraction, memakai alat soxhlet.